Rabu, 04 Mei 2011

cerdas iptek, cerdas iman

Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) tanpa dilandasi iman yang mumpuni bisa mengarah pada penyalahgunaan iptek itu sendiri. Iptek akan liar dan hanya berorientasi pada ego atau kepuasan manusia. Iptek yang liar bisa menimbulkan korban jiwa (seperti perang dan bom atom), rusaknya lingkungan hidup, rusaknya etika hidup manusia sebagai mahluk mulia dan bermartabat (misalnya; kloning). Iptek yang tidak memiliki standar moral justru akan digunakan untuk mempermudah suatu tindakan kejahatan, misalnya; bom nuklir, teknologi pencurian data dan informasi, kejahatan perbankan, teknik aborsi, dll.

Dilihat dari perannya, memang ilmu pengetahuan telah banyak memberi sumbangan terhadap kepuasan jasmaniah manusia. Iptek telah membantu manusia dalam menemukan solusi atas berbagai kesulitan hidup jasmaniah manusia. Iptek telah membuat hidup manusia serba mudah dan praktis. Namun dari sudut kebutuhan jiwa, iptek ternyata tidak bisa memberi kepuasan. Justru di saat iptek mencapai puncaknya (era modernisme) muncul semangat baru dalam manusia, yaitu semangat yang disebabkan kehausan akan kebutuhan rohani.

Gerakan jaman baru (New Age Movement) sebagai gerakan spiritual abad ini mencoba menghidupkan kembali ajaran-ajaran spiritual  atau mistik kuno seperti yoga, I Ching, tarot, palmistry, sihir, tenaga dalam, dsb. Gerakan ini menekankan pada pengalaman transendental, pengilahian diri dan relativisme nilai-nilai dan arti "kebenaran". Ini merupakan gejala kehausan akan hal-hal rohani. Dimana secara sosiologis gerakan muncul sebagai respon budaya atas realitas mekanis kapitalisme global (era post modernisme).

Bahkan, para filsuf post modernisme menganggap modernisme gagal karena era itu justru menimbulkan terjadinya imperialisme, kerusakan lingkungan akibat eksploitasi dan eksplorasi yang berlebihan, peperangan, dan penindasan. Kritik terhadap modernisme ini menandakan bahwa terjadi ketidakseimbangan antara terpenuhinya kebutuhan fisik manusia dengan kebutuhan rohani, sekaligus menunjukkan bahwa eksistensi manusia tidak hanya dilihat dari terpenuhinya kebutuhan jasmani, namun terdapat kebutuhan yang sangat mendasar yaitu kebutuhan rohaniah.

Oleh karena itu, umat beriman yang sudah menyadari akan hal ini dituntut untuk bisa mengkaitkan prinsip-prinsip imannya terhadap kemajuan dan perkembangan iptek. Umat yang telah memiliki kebenaran tentu menjadikan kebenaran itu sebagai standard hidup. Demikian juga standard dalam pengembangan dan pemanfaatan iptek, seperti bidang kedokteran, ekonomi, komputer, teknologi informasi dan pengelolaan sumber daya alam. Dengan demikian, penggunaan dan pengembangan iptek itu tidak menyimpang, melainkan dapat mensejahterakan manusia, serta tetap menjaga harkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang bermoral.

Selain itu, dari pesatnya perkembangan iptek akan muncul berbagai pertanyaan-pertanyaan atau gugatan yang mengarah pada eksistensi kebenaran Tuhan. Evolusionisme misalnya, suatu paham yang jelas menolak adanya proses penciptaan (Kitab Kejadian). Iman Kekristenan tentu harus siap menjawab tantangan yang muncul dari kemajuan pikiran manusia ini. Suara kebenaran itu harus bisa secara terus-menerus mengingatkan pelaku iptek agar penerapannya tidak salah arah. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar